Assalammu’alaykum. wr. wb.
Alhamdulillah, Allah masih memberikan nikmat sehat kepadaku. Dan, akhirnya aku bisa posting lagi di b[L]og ini. Kali ini, aku akan sedikit bercerita… tadi selepas solat magrib seperti biasa aku tadarus Al-Qur’an, hari ini aku membaca surat Ar-Rahman. Ketika itu, aku merasa seperti tak asing dengan ayat-ayat yang terdapat di surat tersebut. Benar saja, ayat tersebut sering aku dengar baik bahasa arabnya maupun artinya… salah satu ayat yang tak asing ditelingaku memiliki arti “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”… setelah membaca habis surat Ar-Rahman, kemudian aku pun membaca artinya, namun terjemahan yang ada di Al-Qur’anku tak begitu mudah dimengerti kata-katanya. Alhamdulillah, beberapa hari yang lewat aku sempat mendownload Syamil Qur’an yang sudah di link melalui jejaring sosial facebook di FB kakakku. Lalu, ku baca lagi arti dari setiap ayatnya. Alhamdulillah, bertambah lagi pengetahuanku akan islam dan Al-Qur’an.
Lalu, aku melihat lebih jauh makna dibalik ayat tersebut. Subhanallah, memang tak ada nikmat Tuhanku yang dapat ku dustakan. Aku bersyukur atas segala nikmat yang telah dan akan Allah berikan. Ah, aku ingat sepenggal kisah hidup seorang sahabat yang kehidupannya jauh berbeda dengan kehidupanku, dan dari kisah hidupnya lah, aku seakan-akan diberi materi secara nyata, riil, tentang pelajaran bersyukur. Dan, pelajaran ini membuatku malu-malu karena diri ini masih sering mengeluh.
Kisahnya seperti ini, sahabatku sebut saja fulan, dia berasal dari keluarga yang complicated. Sejak kecil, dia dan adiknya sudah sering melihat adegan pertikaian kedua orang tuanya, tak jarang mereka juga menyaksikan aksi KDRT. Bisa dibilang secara agama, kedua orang tuanya telah bercerai. Namun, hingga kini mereka masih tinggal satu atap. Keadaan ekonomi keluarganya pun tak menentu. Bayangkan, untuk makan sehari-hari saja kadang tak ada. Seringkali, ibunya tak masak. Dia bilang ibunya malas masak. Padahal, uang untuk membeli kebutuhan untuk memasak tak ada. Saat rasa lapar datang, tak ada yang bisa dimakan. Hanya ada nasi putih, itu pun kadang tak ada. Tak aneh, bila kadang dia makan dengan nasi dan kecap saja, atau nasi-kecap-kerupuk, atau nasi dan cabe merah, atau nasi dengan sambal mangga, bahkan kadang bila tak sabar menunggu makanan masak, dia akan memakan bahan makanan yang mentah seperti tempe mentah, wortel mentah, dsb.
Untuk kebanyakan orang, hal itu pastilah aneh-termasuk aku. Tapi, bagi mereka yang tidak memiliki pilihan, hal itu merupakan hal yang biasa, tak aneh, dan normal. Tak ada keluhan sama sekali. Di sisi lain, fulan juga bersekolah di sebuah SD yang letaknya sangat jauh dari rumah. Untuk naik angkot butuh biaya yang lumayan mahal. Padahal, ia hanya diberi uang saku senilai Rp.500,-. Pernah suatu hari, fulan naik angkot ke sekolahnya ketika turun dari angkot pak supir meminta ongkos senilai Rp.500,-. Uang saku fulan pun habis, akhirnya ketika pulang sekolah dia berjalan kaki dari sekolah ke rumah. Sesampainya di rumah, bajunya basah dengan keringat. Ibunya pun bertanya “kok, bajunya basah?”. Lalu fulan menjawab, “iya bu, tadi habis jalan kaki”.
Walaupun fulan dan keluarganya bukanlah keluarga yang seperti orang kebanyakan, namun buatku mereka sangatlah istimewa. Fulan selalu jadi juara kelas. Dan, keluarga mereka bukanlah keluarga yang manja-mereka adalah orang-orang yang mandiri. Selagi bisa mengerjakan sesuatu sendiri mereka tidak akan merepotkan orang lain. Ah, taukah kalian teman? fulan dan adiknya sejak kecil sudah mencari nafkah sendiri. Mereka berjualan manik-manik disekolahnya. Manik-manik itu dirangkai menjadi gelang atau kalung. Bahkan, fulanlah yang menafkahi kedua orang tuanya, bukan orang tuanya yang menafkahi dirinya. Itu berlaku hingga sekarang.
Orang hebat lahirnya pasti dari ibu yang hebat, aku begitu kagum pada sosok ibunya. Bila ku ingat-ingat kata-kata dari ibunya, air mataku jatuh bercucuran… pernah ibunya berkata pada fulan “ kalo kamu sedih liat orang tuamu berantem terus, kamu rasakan aja orang-orang yang ga punya orang tua. kalo kamu cuma bisa makan seadanya, kamu inget aja orang-orang yg ga bisa makan... kalo kamu ga dkasih uang saku ke sekolah, inget aja orang-orang yg ga bisa sekolah..” pelajaran bersyukur nomer sekian…huhuhuhu…Allah selalu punya cara agar kita mengerti sesuatu..Aku belajar banyak hal tentang kehidupan dari sahabatku ini…
Semoga ceritaku ini, bisa memberi kalian-orang-orang yang menyempatkan waktu untuk membaca tulisan ini-pelajaran tentang kehidupan. Bersyukurlah, karena nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Akhir kata, bila terdapat kekurangan itu pastilah berasal diri pribadi-bila terdapat kelebihan itu datangnya dari Allah.
Wassalammu’alaykum wr.wb.
0 comments:
Post a Comment